Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang ke-60 di Bandung sudah usai. Hajatan besar yang dihadiri oleh puluhan kepala negara di Asia dan Afrika telah menjadi kenangan yang indah bagi orang Bandung. Selama dua bulan wajah kota Bandung bersolek sehingga tampil pangling bagi orang yang sudah lama tidak ke Bandung. Orang pertama yang mempunyai peran kunci bagi kesuksesan pelaksanaan KAA adalah walikota Bandung sendiri, yaitu Ridwan Kamil, atau sering akrab disapa Kang Emil. Dialah yang merancang semua tata letak, hiasan, dan pernak-pernik aseori kota sehingga Bandung tampil seperti kota-kota di Eropa. Pelaksanaaan KAA melibatkan partisipasi seluruh warga kota, sehingga KAA tidak hanya hajatan Pemkot atau Pemprov Jabar semata, tetapi juga hajatan seluruh warga kota Bandung demi suksesnya pelaksanaan KAA.
Sejak walikota Bandung dijabat oleh Ridwan Kamil, warga Bandung merasakan banyak perubahan pada kotanya. Taman-taman tematik bermunculan di berbagai lokasi di dalam kota. Jalur pedesterian diperbaiki sehingga menjadi nyaman untuk berjalan kaki. Para pedagang kaki lima di beberapa titik berhasil direlokasi. Foto-foto di bawah ini menunjukkan beberapa taman cantik yang hadir membuat nyaman mata. Itu baru sebagian, masih banyak lagi taman-taman tematik di berbagai sudut kota. Bahkan, alun-alun kota Bandung sekarang berhias lapangan rumput sintetis yang luas di depan Masjid Agung. Warna hijaunya yang menawan mengingatkan kita pada pemandangan halaman rumput istana-istana di Eropa.
Tidak bisa dipungkiri, semua itu adalah ide Ridwan Kamil. Dia memang seorang arsitek lulusan ITB dan sudah melanglang buana ke berbagai kota di dunia. Ide-ide dari Eropa itu “dicontek” dan direalisasikannya di kotanya sendiri. Hasilnya, warga Bandung dan wisatawan luar Bandung yang datang ke kota ini menjadi takjub melihat Bandung tampil beda dengan yang dulu. Menariknya lagi, sebagian besar pembuatan taman itu tidak didanai dari APBD, tetapi dari dana-dana CSR.
Ide-ide Ridwqan Kamil tidak berhenti sampai di situ. Sekarang dia mengarah ke Bandung Timur. Kawasan Bandung Timur, khususnya di Gedebage, akan dibuat menjadi teknopolis, yaitu kota dengan sentuhan teknologi dan seni. Di kawasan Gedebage akan dibuat danau raksasa, yang fungsinya tidak hanya menjadi pengendali banjir, tetapi juga arena wisata dan rekreasi seperti Garden by the Bay di Singapura.
5. Kawasan teknopolis
Tentu ada yang bertanya, mengapa Ridwan Kamil justru lebih mendahulukan membuat taman-taman yang indah dan sarana rekreasi itu ketimbang membenahi masalah kota yang kompleks seperti kemacetan, PKL, sampah, banjir, transportasi, dan sebagainya. Ridwan Kamil sendiri pernah mengatakan bahwa berawalnya dia membangun taman-taman karena dia ingin meningkatkan indeks kebahagiaan (level of happiness) warga Bandung terlebih dahulu. Jadi, prinsipnya berlawanan dengan pandangan umum yang mengatakan bahwa benahi semua permasalahan kota sampai tuntas barulah warganya menjadi bahagia. Tetapi prinsip Ridwan Kamil sebaliknya, warga harus dibuat senang dan betah dengan kotanya dulu, sembari memperbaiki infrastruktur lainnya serta menyelesaikan aneka permasalahan kota besar seperti Bandung. Permasalahan kota besar tidak akan pernah tuntas, selalu bertambah, maka menunggu tuntas tidak akan pernah selesai-selesai.
Sampai di sini saya setuju dengan ide-ide Ridwan Kamil tersebut. Namun, saya juga menyimpan beberapa kritik kepada Ridwan Kamil. Pertama, jangan ada kesan semua ini hanya politik kosmetik belaka. Kedua, saya melihat bahwa Ridwan Kamil terkesan lebih banyak memfokuskan penataan kota dari pusat kota hingga ke Bandung Utara saja, sementara kawasan Bandung Barat dan Bandung Selatan masih kurang tersentuh. Pemandangan yang bagus memang lebih banyak ditemukan di Bandung Tengah dan Bandung Utara, karena kota lama dan bangunan warisan Belanda berada di sini. Tetapi Bandung tidak hanya di utara, tetapi juga di selatan, barat, dan timur. Penduduk yang padat justru di kawasan selatan, barat, dan timur. Cobalah anda melintasi Jalan Gardujati, Sudirman, terus ke Soekarno-Hatta, dan Kopo. Kawasan di sepanjang jalan itu terlihat gersang, crowded, semrawut, dan tentu saja kotor. Kawasan ini belum tersentuh penataan Ridwan Kamil.
Baiklah, saya berprasangka baik saja, mungkin skala prioritas Bandung Tengah dan Utara dulu, nanti mungkin ke selatan, barat, dan sekarang sudah menyentuh ke timur. Ridwan Kamil belum setahun menjabat, jadi memang tidak bisa sim salabim semuanya dikerjakan dalam waktu bersamaan.
Selain masalah-masalah kesemrawutan yang saya sebutkan di atas, masih banyak PR bagi walikota Bandung yang belum tuntas sejak dulu. Misalnya masalah halte bis Trans Metro Bandung yang mangkrak dan tidak terpakai, masalah pembangunan apartemen dan hotel yangh tidak terkendali sehingga membuat resah warga sekitar, masalah banjir di berbagai wilayah dalam kota, pengangguran, dan masih banyak lagi kalau didaftar satu per satu.
Banyak orang menaruh harapan kepada Ridwan Kamil. Dia pemimpin muda yang bukan kader partai (meskipun pencalonannya diusung oleh dua partai, Gerindra dan PKS) dan bersih dari kasus korupsi. Dia tidak banyak bicara tetapi banyak kerja, sangat kontras dengan pemimpin ibukota banyak yang bacot, hobi marah-marah, suka mencari musuh, tetapi hasil kerjanya nyaris tidak ada.
Ridwan Kamil adalah calon pemimpin masa depan seperti halnya walikota Surabaya, Bu Risma. Bukan tidak mungkin popularitasnya mengalahkan presiden sekarang. Bukan tidak mungkin pula dia bisa menjadi calon pemimpin negeri ini suatu hari nanti. Semakin banyak karya nyatanya yang dirasakan warga Bandung, maka semakin naik popularitasnya. Namun saya tahu karakteristik Emil bukanlah orang yang haus pujian, saya tahu latar keluarganya jadi tidak mungkin dia bekerja untuk mengharap dipuji. Menurut saya dia memang bekerja sepenuh hati untuk menata kota kelahirannya sehingga menjadi kota juara, sebagimana semboyan Bandung Juara yang menjadi slogan kota Bandung saat ini.
Leave a Reply